Jadi keluargaku semacam punya
aturan yang ditekankan sama bapak, yaa walaupun kadang bapak ngelanggar sendiri
tapi yaa emang tidak bisa disanggah para (sekedar) anggota keluarga. Dimana
ketika sabtu malam dan hari minggu adalah hari yang harus santai, nggak ada
yang namanya ngerjain tugas atau belajar, pernah juga nggak boleh main karena
harus benar-benar santai di rumah bareng keluarga. aku sering ngelanggar dengan
main ke tempat teman, atau merapal rumus-rumus ketika harus ngebut buat ujian
di hari seninnya atau bagaimana, dan beliau cuman geleng-geleng kepala. Di kos?
Mana aku patuh, benar-benar aku langgar karena deadline yang nyekek banget, dengan waktu irit yang
pelit dedemit buat kelarin tugas. Tapi, malam ini, malam ahad ini, aku menuruti
peraturan itu… seriusan nih, aku skip
gambar-gambar AutoCad yang belum kelar.
Akhirnya? Niat sepenuhnya mau ngeblog.
Banyak ide tulisan di pikiran
nih, udah bikin kopi juga, playlist dah disetting
buat ga galau….. dan men-delete dari
playlist lagunya Edwina Hayes – Feels
Like Home. Kliselah, homesick.
Tadi, jam 04:19:55 pm adikku Lela
kirim SMS ke aku. Kurang lebih nanyain buku tahunan SMAku kira-kira dimana. Aku
jawab aja kalo bukunya ada di kosan. Katanya, Leli mau ngegambar gedung latar
belakang pemotretan foto anak seangkatan gitu.
Aku juga nggak ngerti kenapa buku
tahunan SMA itu aku bawa ke Semarang. Tapi ada titik waktu aku beres-beres
lemari dan buka buku tahunan itu, dan cuman bisa cengir-cengir sendiri. it means, aku pernah ketemu dan bergaul
sama orang-orang yang ngebentuk aku jadi sekarang. Mereka berpengaruh banget, men.
Katanya gedung SMAku yang jadi
latar itu mau digambar jadi istana gitu. Padahal, nggak ada unsur great palace gitu gedungnya. Cuman
gedung peninggalan Belanda, yang memang termasuk cagar budaya gitu. Entah,
adikku kadang kreatif abis.
Sempat ada adu SMS sama adikku
yang baru kelas lima SD itu. Dia (Leli) katanya dah bela-belain beli dua kertas
HVS buat ngegambar gedung itu. Agak lucunya, dia mengancam buat nangis kalo
nggak dikasi buku itu dengan mengetik kata ‘heeeeeheeeeeheeeeeee’, padahal yaa
emang gimana lagi kalo bukunya itu di kosan. Dan aku malah ngekek dengan ketikannya ‘heeeeeheeeeeheeeeeee’-nya itu. Aku kira
dia nyengir, seperti orang selayaknya bilang ‘hehe’.
Dan karena realisasinya aku ngekek dan sebal karena dia sampai
memaksa aku pulang untuk mengantarkan buku itu, aku membalas setiap SMSnya
dengan ‘hahaha’. Dengan menit berikutnya, aku sadar bahwa dia serius dengan
tangis dia.
Sempat SMSnya aku abaikan beberapa
menit karena melanjutkan gambar Acad yang tak kunjung kelar dan adikku yang
memaksa kayak gitu. Lama-lama jadi nggak lucu.
Ada SMS masuk lagi, adikku minta
maaf dan menyudahi conversation itu.
Aku juga menurut dengan menyudahinya, karena emang ngerjain Acad itu. Aku kira
adikku sudah baikan dengan itu.
Ada SMS masuk lagi, tapi kali ini
kakakku. Dia bilang bahwa, Leli yang dia kira menunduk sambil tertawa,
ternyata, sedang menangis. Sesenggukan, sambil diam gitu.
Maknyes. Ketika dalam hati bilang
adikku agak lebay menyikapi hal kayak gini, tapi kasihan juga. Ini nih, sisi
nggak berdaya aku jadi kakak yang LDR
sama dia. Nggak ada aku ketika dia butuh. Walaupun dia hanya butuh buku itu.
Secara berlebihannya, aku menghambat kreativitasnya.
Fyi, kalo Leli, iya yang Nur Laili Salasha, punya kreativitas keren
banget buat anak SD kayak dia. Dari kecil, dia nggak sebatas kayak aku yang
seumuran dia gambar dua gunung yang dibelah sungai dengan sawah dan rumah-rumah
kecil dengan judul Pemandangan. Dia lebih. Ini beberapa karya dia di laptopku.
(untitled)
kelinci
17.07.2012 Lampu Ajaib
12.10.2012 Toko Hewan
26.09.2012 Gadis Penjual Korek Api
*see? Apa yang kamu gambar saat usia 9 tahun?
Tapi, dia cukup lemah di
pelajaran eksak. Sebenarnya dia mampu, tapi dia super males. Bertolak belakang
dengan Leli, Lela (Nur Laila Salasha) super duper rajin masalah eksak dan
sangat memperhatikan diri sendiri, hmm, lebih merawat diri gitu, sering ngaca,
sering banget SMS tanya PR matematika gitu. Lela, yang agak perfeksionis itu
punya bagian yang sama kayak aku satu hal, nangis kalo failed di ujian. Hahaha, nggak patut, tapi dia sering pulang-pulang
nangis kalo abis ngerjain ulangan yang dia nggak bisa. Yeah, uhuk, I ever did that, uhuk.
Fyi, bahwa adikku yang kembar ini keluar Leli duluan daripada Lela.
Menurut orang Jawa, yang keluar terakhir adalah kakaknya, tapi Ibuku memutuskan
Leli yang keluar duluan adalah kakaknya. Tapi udah 10 tahun ini, Lela lebih
dewasa menyikapi sesuatu daripada Leli yang emosian.
Nur Laila Salasha (kiri), Nur Laili Salasha (kanan)
I love them, so much. really
love ‘em.