Minggu, 16 Februari 2014

I Love Both of You

Jadi keluargaku semacam punya aturan yang ditekankan sama bapak, yaa walaupun kadang bapak ngelanggar sendiri tapi yaa emang tidak bisa disanggah para (sekedar) anggota keluarga. Dimana ketika sabtu malam dan hari minggu adalah hari yang harus santai, nggak ada yang namanya ngerjain tugas atau belajar, pernah juga nggak boleh main karena harus benar-benar santai di rumah bareng keluarga. aku sering ngelanggar dengan main ke tempat teman, atau merapal rumus-rumus ketika harus ngebut buat ujian di hari seninnya atau bagaimana, dan beliau cuman geleng-geleng kepala. Di kos? Mana aku patuh, benar-benar aku langgar karena deadline yang nyekek banget, dengan waktu irit yang pelit dedemit buat kelarin tugas. Tapi, malam ini, malam ahad ini, aku menuruti peraturan itu… seriusan nih, aku skip gambar-gambar AutoCad yang belum kelar.

Akhirnya? Niat sepenuhnya mau ngeblog.

Banyak ide tulisan di pikiran nih, udah bikin kopi juga, playlist dah disetting buat ga galau….. dan men-delete­ dari playlist lagunya Edwina Hayes – Feels Like Home. Kliselah, homesick.

Tadi, jam 04:19:55 pm adikku Lela kirim SMS ke aku. Kurang lebih nanyain buku tahunan SMAku kira-kira dimana. Aku jawab aja kalo bukunya ada di kosan. Katanya, Leli mau ngegambar gedung latar belakang pemotretan foto anak seangkatan gitu.

Aku juga nggak ngerti kenapa buku tahunan SMA itu aku bawa ke Semarang. Tapi ada titik waktu aku beres-beres lemari dan buka buku tahunan itu, dan cuman bisa cengir-cengir sendiri. it means, aku pernah ketemu dan bergaul sama orang-orang yang ngebentuk aku jadi sekarang. Mereka berpengaruh banget, men.

Katanya gedung SMAku yang jadi latar itu mau digambar jadi istana gitu. Padahal, nggak ada unsur great palace gitu gedungnya. Cuman gedung peninggalan Belanda, yang memang termasuk cagar budaya gitu. Entah, adikku kadang kreatif abis.

Sempat ada adu SMS sama adikku yang baru kelas lima SD itu. Dia (Leli) katanya dah bela-belain beli dua kertas HVS buat ngegambar gedung itu. Agak lucunya, dia mengancam buat nangis kalo nggak dikasi buku itu dengan mengetik kata ‘heeeeeheeeeeheeeeeee’, padahal yaa emang gimana lagi kalo bukunya itu di kosan. Dan aku malah ngekek dengan ketikannya ‘heeeeeheeeeeheeeeeee’-nya itu. Aku kira dia nyengir, seperti orang selayaknya bilang ‘hehe’.

Dan karena realisasinya aku ngekek dan sebal karena dia sampai memaksa aku pulang untuk mengantarkan buku itu, aku membalas setiap SMSnya dengan ‘hahaha’. Dengan menit berikutnya, aku sadar bahwa dia serius dengan tangis dia.

Sempat SMSnya aku abaikan beberapa menit karena melanjutkan gambar Acad yang tak kunjung kelar dan adikku yang memaksa kayak gitu. Lama-lama jadi nggak lucu.

Ada SMS masuk lagi, adikku minta maaf dan menyudahi conversation itu. Aku juga menurut dengan menyudahinya, karena emang ngerjain Acad itu. Aku kira adikku sudah baikan dengan itu.

Ada SMS masuk lagi, tapi kali ini kakakku. Dia bilang bahwa, Leli yang dia kira menunduk sambil tertawa, ternyata, sedang menangis. Sesenggukan, sambil diam gitu.

Maknyes. Ketika dalam hati bilang adikku agak lebay menyikapi hal kayak gini, tapi kasihan juga. Ini nih, sisi nggak berdaya aku jadi kakak yang LDR sama dia. Nggak ada aku ketika dia butuh. Walaupun dia hanya butuh buku itu. Secara berlebihannya, aku menghambat kreativitasnya.

Fyi, kalo Leli, iya yang Nur Laili Salasha, punya kreativitas keren banget buat anak SD kayak dia. Dari kecil, dia nggak sebatas kayak aku yang seumuran dia gambar dua gunung yang dibelah sungai dengan sawah dan rumah-rumah kecil dengan judul Pemandangan. Dia lebih. Ini beberapa karya dia di laptopku.

(untitled)

kelinci


17.07.2012 Lampu Ajaib

12.10.2012 Toko Hewan

26.09.2012 Gadis Penjual Korek Api

*see? Apa yang kamu gambar saat usia 9 tahun?


Tapi, dia cukup lemah di pelajaran eksak. Sebenarnya dia mampu, tapi dia super males. Bertolak belakang dengan Leli, Lela (Nur Laila Salasha) super duper rajin masalah eksak dan sangat memperhatikan diri sendiri, hmm, lebih merawat diri gitu, sering ngaca, sering banget SMS tanya PR matematika gitu. Lela, yang agak perfeksionis itu punya bagian yang sama kayak aku satu hal, nangis kalo failed di ujian. Hahaha, nggak patut, tapi dia sering pulang-pulang nangis kalo abis ngerjain ulangan yang dia nggak bisa. Yeah, uhuk, I ever did that, uhuk.

Fyi, bahwa adikku yang kembar ini keluar Leli duluan daripada Lela. Menurut orang Jawa, yang keluar terakhir adalah kakaknya, tapi Ibuku memutuskan Leli yang keluar duluan adalah kakaknya. Tapi udah 10 tahun ini, Lela lebih dewasa menyikapi sesuatu daripada Leli yang emosian.

Nur Laila Salasha (kiri), Nur Laili Salasha (kanan)


I love them, so much. really love ‘em.

Jumat, 03 Januari 2014

Sunset On My Backyard

Capture this.
Aku berdiri dengan cepolan rambut yang cukup tinggi, berdiri dengan seadanya diri ke arah matahari yang melukiskan langit berwarna. Gradasi biru dari yang biru gelap hingga biru cerah yang tercampur warna sinar kekuningan, dan apalagi awan-awan yang mengambang entah dengan goresan-goresan seakan tersapu atau yang mengumpul dengan bentuk seperti domba-domba yang terbang bergerak pelan ke arah sang matahari yang perlahan meninggalkan hari itu. Itu baru saja langit yang dikuasai-Nya.
Bangunan sekitar rumah yang semakin meninggi, membuat siluet gelap tersamar segitiga sebagai atap tetangga sebelah, atau garis rata gambaran tembok keliling rumah yang aku tempati. Tanaman di tanah lapang yang berwarna hijau seakan menggelap, ya, sinar yang memberi mereka kekuatan fotosintesis all day long mulai pergi, for tomorrow. Tanah lapang seadanya, the simple of joy from God.
I’m the modern Eep. I saw that beautiful light for the last time, and said to myself, “Please, come back tomorrow.”

-film The Croods (00:46:09 – 00:47:27)
Guy akan menceritakan sebuah cerita untuk keluarga Croods malam itu, dengan Grug, sang ayah, yang tidak menyukainya. Guy memulai cerita, “Once upon a time, there was a beautiful tiger. She lived in a cave with the rest of her family. Her father and mother told her, ‘you might go anywhere you want, but never go near the cliff for you could fall,’.”
And DIE!” ketus Grug dengan muka masamnya.
“…good story.” Guy meneruskan ceritanya, tanpa peduli dengan Grug. “But no one who’s looking, she go near the cliff. And the closer she can in the edge, the more she can hear, the more she can see, the more she can feel. Finally, she stood at the very edge she saw light, she try how to touch it, … and she slipped.
And she FELL!” ketus Grug lagi, yang tidak dipedulikan semua orang.
And she flew, ” Guy membentangkan tangannya, meyakinkan penceritaannya.
Where is she fly?” Thunk bertanya penasaran karena ketertarikannya.
Tomorrow.”
Tomorrow?” tanya Eep yang masih terpesona.
A place with more sun in the sky that you can held,” lanjut Guy.
It will be so bright,” Thunk berimajinasi terbang entah kemana.
A place not like today or yesterday. A place where things are better, …I’ve seen.  That’s where I’m goin’.” Guy mengakhiri cerita untuk malam itu.


Jumat, 02 Agustus 2013

Nzam, you’re just fix me


1 Agustus 2013 10:25 pm

Lights will guide you home. And ignite your bones. And I will try to fix you.

Aku menggeledah tas, dan mengambil beberapa kertas kecil di tas. Bukan sembarang kertas kecil. Serasa kertas itu berubah jadi lembaran emas, yang aku tahu, suatu saat di waktu nanti, aku bakal tersenyum untuk membacanya lagi. Suatu saat, jadi bahan yang menyenangkan untuk mengenang saat menggenggam masa muda kayak gini.

Ya, aku barusan bertemu Gonzam dalam rangka buka bersama. Tentu saja, kenyang. Tentu saja, banyak tawa. Tentu saja, heboh, karena pelopor hebringnya Raras dan saya pendukungnya, haha.

Kami bertemu di sebuah rumah makan jajaran depan rumah sakit DKT, yang makanannya, nyam-nyam enak. Dengan penampilan yang berubah, sedikit maupun banyak, dengan latar sifat masih sama, dengan cerita pendewasaan yang berbeda. Ya, kami sudah dewasa, mereka kata.

Kami jarang bertemu, honestly.

Hanya dengan momen seperti ini, kami menatap satu sama lain, mendengar cerita kejadian di luar kehidupan masing-masing, merasakan pengalaman yang dialami orang di luar diri kami sendiri. Yoka dengan cerita kehidupannya yang berubah dengan adanya orang baru yang datang, Tika dengan cerita yang cukup mengejutkan tentang kakaknya, Raras dengan curahan tangisan sekalinya yang bikin sesak, seorang Diah yang membuat sebuah bucket bunga untuk Ibunya tercinta, Lisa yang membuat mata saya berair, dan Ulfi yang mencetuskan permainan dengan lembaran biasa menjadi emas. Ah, that was our quality time, guys, kapan mau lagi?

Ah, lagi berasa so sweet nih.

Kata-kata mereka, berasa mereka akan ada di belakangku. Memegang pundakku buat jadi lebih baik, dan jadi lebih. Jodoh, mereka tak lupa menyinggungnya. Haha, Allah knows best, guys.

Dan untuk kritik klise kalian, huhu, volumeku masih saja out loud. Oh dear, trust me, I’ll try.

Mungkin kalau Tyas ikut, bakal lebih asik.

Sekarang lagi muterin lagu Fix You – Coldplay, entah, pertama dengar lagu ini, aku nggak suka. Tapi, sekarang yang lagi hafal dikit liriknya, jadi lebih sering nyanyiinnya dalam hati, dan jadi pemecah keheningan pikiran. Di reff-nya aja, “Lights will guide you home. And ignite your bones. And I will try to fix you. Aku tahu, itu Gonzam.
Nzam, kita sampai nenek-nenek ya, aamiin.


Lego, dan Tentang The Bad of Ekspektasi Wagu


Malam aneh. Ketika selimut sudah ditarik, lampu padam, dan hanya perlu mencoba tidur, tetapi malah sekarang mengetik kata-kata yang bakal dilepas begitu saja. Keinginan kuat memutar lagu milik Ed Sheeran – Lego House, hanya lagu itu dan diputar-putar. Parah banget mellownya.

July 31, 2013 10:39 pm

Pasang headset dan cuma suara Ed Sheeran yang memutar di Winamp kayak roll on. Tapi bukan itu intinya.
Ini tentang kata diri, komitmen, dan sesuatu yang disadari ternyata sulit, adalah perubahan.

Ini mungkin agak serius, yang sudah bosan mungkin bisa tekan Alt+F4.

Seperti postingan sebelumnya, ekspektasiku hari-hari libur ini tentang seorang soulmate. Ah, agak malu bahasnya. Mungkin memang didukung usia yang kian menyekik seiring waktu berjalan. Ah, atau mungkin karena kedewasaan yang berkembang. Hm, atau karena hanya sebuah emosi yang punya kebahagiaan sementara. Yang terakhir, kemungkinannya lebih besar kali yak.

Perbincangan tentang ekspektasi itu bukan sebatas aku dan segala pemikiran yang mondar-mandir di otak saja, tetapi juga sebagai bahan perbincangan dengan lisa, ulfi, ajang, ratna, dan lainnya. Berarti tidak ada yang salah dengan aku, I thought I’m normal.

Pohaci yang Bertransformasi. Ya, maksudku tentang memantaskan diri itu.

Mungkin memang perubahan (maksudnya : melakukan proses memantaskan diri) itu dipikir negatif, itu nggak gampang. Perubahan ada dua berdasar dari bagian objeknya, perbuhan outside dan inside :

Tentang outside. Mungkin pikiran yang terlintas ketika kita melihat pantulan bayangan kita seluruh badan di cermin, “hm, emang apa lagi sih yang harus diperbaiki?” pertanyaan itu yang mungkin keluar. Kata-kata agak sombong dan narsis mungkin tercetus, “udah cantik kok, udah bersih kok, udah kece kok, apa lagi sih?” tapi padahal banyak orang yang kadang masih underestimate sama orang lain. Nah, ini peran orang lain buat kasih saran, kritik, dan solusi ke orang yang ingin berubah itu.

Tapi yang namanya orang lain, pasti ada rasa pekewuh buat bilang. Yang nggak enak, yang nggak didengerinlah, yang dicuekinlah, yang takut dijauhinlah. Iya sih, orang itu berbeda, ada yang mau dikritik, ada yang nggak. Catetan buat orang yang mau kritik, liat orang yang mau dikritik, kalo mau kritik orang, coba aja kritik hal kecil aja. Kalo seumpama hal kecil aja (yang otomatis buat kebaikan dia) nggak dia lakuin, STOP, jangan kritik dengan hal yang sedang bahkan yang hal besar. *berdasar pengalaman, karena ditakutkan mendapatkan sanksi moral yang tidak enak. Dan maaf untuk para korban kritikan saya, saya hanya mencoba membantu dan maaf kalau cukup menohok.

Memperbaiki outside, minta kritik, pendapat, dan solusi. insyaAllah, masih ada orang peduli di luar sana buat kamu yang lebih baik, eciyeh. Yang paling utama, jaga kebersihan. *kayak kasih warning ke diri sendiri aja nih*

Tentang inside, ini nih yang kudu benar-benar menurutku tentang batin. Dan agama mempengaruhi juga. Karena agama adalah bahasan yang terlalu sensitif, jadi saya pikir, mending tidak dibahas jauh *peace*
Perempuan baik, untuk lelaki baik. Perempuan baik, untuk lelaki baik. Perempuan baik, untuk lelaki baik. *berlaku sebaliknya*

Semoga yang pada punya niat baik untuk berubah, dimudahkan sebatas itu masih batas wajar (sesuai keyakinan masing-masing) dan mendapat ridha-Nya. Apa sih yang lebih mulia daripada ridha dari-Nya? Yuh, muhasabah diri dan senantiasa berkhusnudzan, karena pasti (pasti dan pasti), Dia memberikan rencana paling keren buat kita kalo kita mau berusaha dalam lingkup kebaikan niat dan berdoa dalam iringan perjuangan. Hamazah!!!

Ditulis untuk menghibur diri *hehe*